Marilah kita bersama-sama mencoba memahami kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini yang telah merenggut banyak korban jiwa dari kalangan manapun tanpa pandang bulu karena begitu tertular hanya ada 2 kemungkinan yaitu sembuh atau mati.
Kisah Ayub sangat cocok menurut admin dibaca kembali agar dapat kita renungkan bersama dan.khususnya isi dalam bab 33:1-3 yang mengajarkan tentang bagaimana Allah dapat berfirman kepada manusia dengan berbagai cara, bukan saja kepada Ayub namun kita semua hingga saat ini.
Corona telah merajai bumi ibarat malaikat maut yang dapay ke mana saja asalkan ada manusia sebagai perantaranya.
Kita terbiasa dengan berbagai-bagai rutinitas bahkan hobi yang tak bisa diousahkan dalam hidup bahkan jika diminta menunda sesaat beberapa waktu akan terasa sangat susah seakan ada yang kurang. Kita suka jalan, liburan, clubing, nongkrong di mal, di cafe, dan berbagai acara kegiatan yang menghadirkan ratusan hingga ribuan penonton...ya inilah sebagian kecil kebiasaan kesukaan kita orang jaman now.
Pemerintah mengajak kita semua untuk menahan diri dan mulai belajar membiasakan diri dengan tidak beramai-ramai namun memang sangat sulit karena faktor kebiasaan.
Tuhan berfirman kepada manusia dengan satu dua cara, coba disimak kembali (Ayub 33:14-19)
14 Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. 15 Dalam mimpi, dalam.penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur, 16 maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran 17 untuk menghalangi manusia daripada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang, 18 untuk menaha nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing.
19 Dengan penderitaan ia ditegur di tempat tidurnya, dan berkobar terus-menerus bentrokan dalam.tulang-tulangnya;
Demikian apakah sudah menjadi kehendak-Nya atau tidak, mari kita semua saling membantu menjaga diri agar yang kuat tidak menularkan kepada yang lemah-lemah dan tua-tua, bagaimana pun mereka adalah saudara dan tidak ada isitilah yang mati memang sudah waktunya mati, karena pendapat salah inilah menyebabkan banyak daerah di Indonesia masuk zona merah.
Kondisi pandemi seperti ini pun kita manusia masih berani sombong dan tak peduli karena merasa aman-aman saja tak tertular bahkan tanpa masker sekalipun.
Sikap bela rasa perlu ditumbuhkan karena kita semua berhak menjalani hidup.
Sangat kasihan dengan para petugas kesehatan yang sudah berkorban nyawa ibarat prajurit yang maju ke medan perang melawan musuh tak kasat mata.
Mari kita saling menjaga dan menahan diri dari sikap sombong dan egois.