Gereja Katedral dulu kala |
Asal Mula Paroki Katedral Pontianak
Sejak pertama Prefek Pacificus Bos, OFM Cap menginjakkan kakinya di Singkawang pada tanggal 30 November 1905 (sekitar 106 tahun yang lalu), ia telah memikirkan perlunya sebuah pangkalan, pusat stasi induk karya misi Gereja Katolik di Pontianak sebagai ibu kota Borneo Barat. Sebagai waktu yang tepat, pada hari terakhir tahun 1906 Prefek Pacificus Bos mengutus Pater Beatus ke Pontianak. Dia tinggal sebulan lamanya di Pontianak sambil menjajaki kemungkinan untuk bermisi di tengah masyarakat Tionghua pada waktu itu. Saat itu jumlah umat Katolik ada sebanyak 20-an orang (kebanyakan orang Eropa) dari sekitar 18.000 warga Pontianak. Stasi pertama di Pontianak dimulai dalam bulan Maret karena itu perjalanan misi Gereja diserahkan kepada Santo Yoseph sebagai pelindung Gereja.
Asisten Residen pada waktu itu menganjurkan untuk membeli sebidang tanah yang terletak tidak terlalu jauh dari pasar dan bagian kota untuk orang-orang Eropa. Dalam surat tertanggal 14 dan 19 Juli 1908 Prefek Pacificus Bos melaporkan kepada Provinsial tentang pembelian tiga bidang tanah (untuk membangun gereja, pastoran, rumah yatim-piatu, sekolah dan pekuburan), kemudian sebidang tanah lainnya untuk susteran.
Tak lama kemudian pembangunan gereja dimulai, seorang arsitek militer dari Leiden, Tuan Van Noort, yang baru ditempatkan di Pontianak membuat bestek dan memimpin pembangunan gereja. Bangunan gereja berukuran 20 x 11 meter. Tinggi menara 22 meter. Dasar bangunan gereja harus kuat sebab tanah di Kalimantan Barat (waktu itu Borneo Barat) memang merupakan tanah delta yang lembut. Dinding gereja terbuat dari anyaman besi yang diplester semen. Pada tanggal 9 Desember 1909 gereja ini diberkati. Hadir dalam upacara ini semua umat Katolik, katekumen, instansi-instansi sipil dan militer. Paroki Katedral Pontianak dibuka pada tahun 1909 oleh Pastor Remigius.
Sejak tanggal 17 November 1918, ketika Pastor Pasificus Bos ditahbiskan menjadi Uskup oleh Vikaris Apostolik Jakarta di Pontianak, gereja Pontianak menjadi Gereja Katedral atau Paroki Katedral. Pada awalnya sebelum berdirinya paroki-paroki lain, maka Paroki Katedral menjadi pusat dari pastor-pastor untuk mengunjungi daerah-daerah lain, mulai dari Pontianak ke Retok, Ambawang, Mempawah, dan sepanjang jalan sampai ke sungai Raya. Daerah-daerah lain yang juga dikunjungi adalah : Siantan, Anjungan, Toho, Raba dan Tiang Tanjung serta Teluk Pakedai dan daerah Olak-olak Kubu. (sumber arsip Keuskupan Agung Pontianak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.