Minggu, 27 November 2011

Selamatkan kami, selamatkanlah tempat tinggal kami..!

Pembangunan yang mengatasnamakan kepentingan pemerintah untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebagai akibat dari Otonomi Daerah khususnya di Kalimantan Barat sudah tidak lagi memperhatikan faktor-faktor keseimbangan alam dan kelangsungan hidup makhluk ciptaan Tuhan lainnya di alam ini yang juga memiliki hak hidup yang sama, hak untuk tinggal di hutan (rumah) mereka. Namun manusia memang serakah dan tidak mau bersahabat dengan alam ini karena mereka hanya mengutamakan kepentingan pribadi semata walaupun "tampak" atau seakan-akan mereka berjuang atas nama kesejahteraan rakyat miskin yang sebenarnya adalah orang-orang kecil yang tidak tahu apa-apa, tidak berdaya, tidak mengenyam pendidikan tinggi dan akhirnya selalu menjadi korban pembodohan dari sekelompok orang tertentu yang menyebut namanya investor, semua hanya kebohongan belaka.

Baru-baru ini dalam beberapa minggu belakangan dapat dilihat serta dibaca di media cetak lokal (Pontianak post) serta media televisi baik lokal maupun nasional, bagaimana dengan kejam sekali orang-orang utan di Kalimantan Timur yang ada di lokasi salah satu perkebunan kelapa sawit di sana harus dikejar dan diburu untuk dihabisi dengan alasan mereka adalah hama pengganggu.....sungguh sebuah ironi bagaimana mungkin orang-orang utan dapat dikatakan sebagai hama padahal jika mau diterusuri maka sebenarnya yang menjadi hama pengganggu adalah mereka sebagai investor yang membangun perkebunan kelapa sawit dengan merusak hutan, orang-orang utan yang sudah sekian lama tinggal di hutan harus terusik dan terusir sebagai akibat dari hutan - tempat tinggal mereka dirusak dan diganti dengan hutan perkebunan kelapa sawit.....yang menjadi pertanyaan: "ke mana lagi mereka harus tinggal?" Coba bayangkanlah hai manusia-manusia serakah jika apa yang terjadi pada orang-orang utan yang tidak bersalah itu terjadi pada anda dan keluarga anda........!?

Apa yang telah terjadi di Kalimantan Timur hanyalah sebagian kecil kasus yang membuktikan betapa jeleknya akibat dari ekspansi perkebunan kelapa sawit di bumi Kalimantan ini (memang tidak semua perusahaan bertindak sama), namun jika dilihat secara umum memang sangat merugikan bukan saja pada alam ini namun juga masyarakat dan generasi penerus karena tidak menutup kemungkinan jika ijin-ijin perkebunan terus direkomendasikan oleh Bupati-bupati maka jangan heran tidak ada lagi hutan di bumi Kalimantan ini. Telah begitu banyak program dari pemerintah seperti menanam sejuta pohon dan sebagainya namun perlu diingat bahwa tingkat kehancurannya lebih cepat dibandingkan dengan penanaman kembali hingga pohon dapat tumbuh dewasa untuk mampu menyejukkan alam ini.

Koran Pontianak Post tanggal 26 November 2011 juga menuliskan bagaimana kondisi tempat wisata bukit Kelam yang ada di kabupaten Sintang memang sudah dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit...Sepertinya kabupaten Sintang tidak bisa mengelak lagi jika dijuluki sebagai kabupaten sawit, karena dari 14 kecamatan yang ada di kabupaten Sintang sudah terdapat sawit. Termasuk daerah wisata andalan Sintang yang berada di kecamatan Kelam Permai.....bahkan pemandangan yang dulunya indah karena disekelilingnya masih terdapat hutan belantara kini berubah menjadi pemandangan sawit yang terbentang. (Pontianak post, Sabtu, 26 November 2011) 

Sumber Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Kalimantan Barat juga memaparkan bahwa perkebunan kelapa sawit sering menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat.....Pemicu konflik hampir serupa. Kurangnya sosialisasi dan transparansi dalam pengambilalihan lahan. Kemudian kekecewaan masyarakat yang merasa akibat diingkari. Janji perusahaan untuk mensejahterahkan masyarakat tidak terbukti....(Pontianak post, Sabtu, 26 November 2011).

Pemerintah baik pusat maupun daerah hendaknya lebih bijak lagi untuk memberikan kesempatan kepada investor yang akan menanamkan modalnya di bumi Kalimantan karena kekayaan alam berupa hutan tidaklah sepatutnya dijual untuk diganti dengan tanaman monokultur seperti kelapa sawit. Tanaman karet sebenarnya jika mau dioptimalkan fungsinya atau pemanfaatannya tentu juga akan sangat membantu ekonomi masyarakat karena memang selama ini masyarakat yang tinggal di kampung-kampung yang tersebar di Kalimantan Barat banyak yang menjadikan produk karet sebagai komoditi untuk menunjang kehidupan mereka sehari-hari selain menanam padi. Hal ini pula yang menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya konflik karena masyarakat lebih tertarik dengan karet daripada sawit dan mereka tentunya menolak jika lahan mereka harus digusur dan dijadikan areal perkebunan kelapa sawit.

Tuhan memberikan kepada kita alam ini bukan untuk dirusak namun dipergunakan sebagaimana mestinya dan dijaga kelangsungan hidupnya demi generasi yang akan datang, karena suatu hari nanti jika alam ini tidak lagi mau bersahabat dengan manusia-manusia serakah....percayalah tidak ada yang dapat menolong selain yang di Atas...(begitu potongan bait lagu yang dinyanyikan Ebiet G.Ade).    

TOLONG SELAMATKANLAH KAMI DAN HUTAN (RUMAH) KAMI DARI KEHANCURAN...KARENA KAMI TIDAK PERNAH MEMUSUHI MANUSIA DAN KAMI ADALAH CIPTAAN TUHAN JUGA.....! kami hanya bisa memohon dan mengadu kepada alam kepada Tuhan Sang Pencipta.

PLEASE SAVE US AND OUR FORESTS (HOME) FROM DESTRUCTION ...! BECAUSE WE NEVER FIGHT AGAINTS YOU AND WE ARE ALL FROM THE SAME CREATOR.....IS ALL MIGHTY GOD.!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

AddThis

Populer