Bagian VII (terakhir)
Pada tanggal 5 Oktober 1938, dengan wajah yang cerah Faustina memberitahukan, "Hari ini Tuhan Yesus akan mengambil aku!" Ia masih sempat mengaku dosa di hadapan pastor Andrasz, SJ yang juga merupakan pembimbing rohani Faustina. Inilah pengakuan dosanya yang terakhir.
Pada pukul 21.00, pastor T.Czaputa bersama para suster berdoa dekat tempat tidur Faustina mohon kematian yang baik baginya. Sadar sampai saat terakhir, Faustina bersatu dalam doa komunitasnya. Tepat pukul 22.45, dalam usia 33 tahun, suster Maria Faustina Kowalska berpulang setelah menderita banyak dan menanggung deritanya dengan amat sabar.
Hari berikutnya, 6 Oktober 1938, jenazah Faustina dipindahkan ke kapel kecil di bawah lantai gereja. Pada tanggal 7 Oktober 1938, pada hari Jumat pertama dan sekaligus Pesta Bunda Maria Rosario Suci, Faustina dikuburkan. Pemakamannya dihadiri oleh pastor Wojton, SJ, pastor Chabrowski, SJ dan seorang frater. Di sekitar peti matinya yang dibawa ke dalam gereja, diadakan doa pagi pada pukul 8.30. Sesudah itu pastor Wojton mempersembahkan misa kudus pada altar utama, sedangkan pastor Chabrowski mempersembahkan misa pada altar Hati Kudus Yesus yang sekarang menjadi altar Yesus Yang Maharahim. Upacara pemakaman tidak dihadiri oleh seorang pun anggota keluarga Faustina. Jenazah Faustina dimakamkan di pemakaman biara yang terletak di kebun biara di Krakow Lagiewniki, jalan Wronia 3/9.
Pada bulan September 1938 meletus perang dunia II, tentara Jerman dengan cepat menguasai wilayah Polandia yang sama sekali tidak siap untuk berperang. Pada awal perang, Faustina seolah-olah dilupakan, namun tidak lama kemudian, di mana-mana muncul berita tentang devosi kepada Kerahiman Ilahi. Suster-suster yang tidak mengetahui sejarah perkembangan devosi ini mempertanyakannya dengan gencar.
Pada tahun 1941, selama kunjungan resminya, Muder Mikhaela memperkenalkan devosi itu kepada seluruh kongregasinya. Para suster menerimanya dengan rasa heran dan sekaligus sukacita. Mereka berkata, "Bunda Maria, pelindung kongregasi kita, Bunda Maria Berbelas Kasih memperoleh dan meneruskan kepada kita melalui Faustina - anugerah untuk mengingatkan Kerahiman Ilahi kepada dunia yang malang ini."
Dengan demikian, terpenuhilah nubuat Faustina yang dapat dibaca dalam riwayat hidupnya, "Aku yakin bahwa misiku tidak berakhir dengan kematianku melainkan baru dimulai."
Proses informatif hingga kanonisasi
Pada tanggal 21 Oktober 1965, dua puluh tujuh tahun sesudah meninggalnya Faustina, Mgr.Julius Groblicki, Uskup Koadiutor Keuskupan Agung Krakow, selaku wakil Karol Kardinal Wojtyla, secara meriah membuka Proses Informatif mengenai kehidupan dan keutamaan-keutamaan suster Faustina. Sejak itu, Suster Faustina diberi gelar Hamba Tuhan.
Pada tanggal 25 November 1966, selama berlangsungnya Proses Informatif tentang kehidupan, keutamaan-keutamaan, dan segala tulisan Hamba Tuhan suster Faustina (21 Oktober 1965 - 20 Oktober 1967), peti mati Faustina dengan seluruh isinya dipindahkan ke makam khusus yang dibuat di gereja para suster Bunda Maria Berbelas Kasih. Makam itu ditutup pelat hitam dengan salib di tengahnya. Banyak orang yang menerima karunia Tuhan berkat doa Faustina sewaktu berziarah ke makam itu.
Pada tanggal 20 September 1967, Karol Kardinal Wojtyla secara meriah menutup Proses Informatif di Keuskupan Agung Krakow. Setahun kemudian, semua dokumen Proses Informatif itu sudah diterima oleh Vatikan.
Pada tanggal 31 Januari 1968, berdasarkan keputusan Vatikan, dibukalah proses beatifikasi Hamba Tuhan Suster Faustina.
Faustina diangkat sebagai beata oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma pada tanggal 18 April 1993. Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 30 April 2000, Faustina diangkat sebagai orang kudus atau Santa oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma, tepat pada hari minggu II Paskah, yang ditentukan oleh Yesus sendiri sebagai Pesta Kerahiman Ilahi. Paus Yohanes Paulus II memenuhi keinginan Yesus. Beliau memaklumkan hari minggu II Paskah sebagai Pesta Kerahiman Ilahi. (Riwayat Hidup Santa Faustina, Stefan Leaks)
Demikianlah seluruh ringkasan perjalanan hidup Santa Faustina, semoga dengan membaca cerita hidupnya dan khususnya perjumpaan dirinya dengan Tuhan Yesus dapat memberikan serta menumbuhkan semangat baru dalam kehidupan rohani kita, dari yang telah layu agar segar kembali, iman yang telah pudar warnanya agar cerah kembali secerah sinar mentari. YESUS, ENGKAU ANDALANKU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.